Contek: Tidak Baku, Tapi Sering Digunakan

 


Oleh: Daffa Nabil Mubarak 
Mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia 
UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo


Kita sebagai orang Indonesia sering menyebut kata “mencontek” sebagai tindakan curang dengan cara menjiplak, khususnya saat mengerjakan soal. Alhasil, rata-rata orang beranggapan bahwa kata dasar dari mencontek adalah contek. Padahal, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata contek atau mencontek bersifat tidak baku. Adapun kata baku untuk menyebut tindakan curang saat mengerjakan soal dengan menjiplak yaitu menyontek. Sementara itu, kata dasar dari menyontek tentu bukanlah contek, melainkan sontek. Apabila kata contek kita telusuri dalam KBBI, maka tidak akan muncul arti katanya atau akan ada keterangan bahwa itu merupakan kata tidak baku.

Mengapa Kata Dasar dari Menyontek adalah Sontek, Bukan Contek?

Kita yang masih awam akan merasa bahwa kata sontek itu asing atau aneh diucapkan. Hal itu terjadi karena kita lebih sering menggunakan kata contek yang tentu terdengar lebih familiar. Sekarang, kita baru mengetahui bahwa kata contek yang selama ini digunakan ternyata merupakan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia.

Sementara itu, bentuk gramatikal menyontek mungkin masih familiar bagi orang awam, meskipun masih banyak yang menggunakan kata mencontek yang sebenarnya tidak baku. Ada pula yang kebingungan dalam memilih antara kata mencontek atau menyontek. Dengan semakin seringnya kita menemui kata menyontek dibandingkan mencontek dalam media cetak maupun massa, sebagian orang mulai menyadari bahwa kata yang benar adalah menyontek, bukan mencontek.

Meskipun sebagian orang mungkin mulai menyadari bahwa bentuk gramatikal menyontek adalah yang benar, namun rata-rata dari mereka masih belum mengetahui kata dasarnya yang tepat. Banyak yang beranggapan bahwa kata dasar dari menyontek adalah contek, yang sebenarnya salah. Seperti yang sudah diulas di awal, kata dasar dari menyontek adalah sontek, bukan contek. Saat kita memberitahukan hal ini kepada orang awam, rata-rata dari mereka akan langsung mengernyitkan dahi. Hal itu terjadi karena kata sontek tidak pernah mereka dengar, apalagi digunakan dalam komunikasi sehari-hari.

Alasan mengapa kata dasar dari menyontek adalah sontek, bukan contek, adalah karena dalam kajian morfologi bahasa Indonesia, setiap kata dasar yang berawalan k, t, s, dan p, apabila mengalami afiksasi dengan imbuhan meN-, maka huruf awal tersebut akan luluh. Misal, kata konsumsi mendapatkan awalan /me/ maka akan kita dapati kata mengonsumsi. Selanjutnya, kata timbun jika mendapatkan awalan /me/ akan menjadi menimbun

Namun, hal itu tidak berlaku jika kata dasar yang berawalan k, t, s, dan p memiliki huruf konsonan setelahnya. Misalnya: klasifikasi, traktir, syukur, praktik, dan sebagainya. Jika kata-kata tersebut mendapat imbuhan meN-, maka huruf awalnya tidak luluh. Jadi, bentuk gramatikalnya adalah: mengklasifikasi, mentraktir, mensyukuri, dan mempraktikkan.

Nah, untuk kasus kata dasar dari menyontek, hal itu termasuk dalam rincian ketiga, yakni kata dasar yang diawali huruf s dan tidak diikuti huruf konsonan. Maka huruf awalnya luluh, dan imbuhan awalan meN- ditulis menjadi meny-. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kata dasar dari menyontek adalah sontek.

Pentingnya Pengetahuan tentang Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Dengan adanya kasus penggunaan kata baku sontek dari bentuk gramatikal menyontek yang masih jarang diketahui oleh banyak orang, khususnya kalangan awam, maka dapat disimpulkan bahwa kita masih kerap salah dalam menggunakan kata-kata dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal itu juga dipengaruhi oleh faktor kebiasaan, di mana orang awam di Indonesia lebih sering menggunakan kata mencontek daripada menyontek, yang sebenarnya salah. Nah, kesalahan tersebut kemudian berlanjut pada anggapan bahwa contek merupakan kata dasar yang benar. Padahal, menurut KBBI, kata sontek-lah yang baku, dengan bentuk gramatikal yaitu menyontek.

Penting bagi kita untuk mempelajari dan mengetahui penulisan kata dalam bahasa Indonesia secara baik dan benar. Dengan demikian, kita tidak akan melakukan kesalahan dalam penulisan ejaan, terutama saat berkomunikasi secara formal. Kita yang merupakan mahasiswa jurusan Bahasa atau sering disebut sebagai "anak bahasa" harus memahami kaidah penulisan bahasa Indonesia, khususnya penggunaan kata baku. Pengetahuan tersebut nantinya bisa diterapkan dalam pembuatan karya tulis ilmiah, seperti makalah, laporan, proposal, tesis, jurnal, esai, artikel, hingga skripsi.

Lebih lagi, jika saya menjadi satu-satunya yang mendapat tugas makalah mata kuliah secara individu sementara yang lain berpasangan (biasanya karena jumlah mahasiswa dalam kelas ganjil), maka pengetahuan tentang kaidah penulisan bahasa Indonesia akan sangat membantu saya dalam menyusun makalah secara profesional. Jadi, meskipun makalah disusun secara individu, hasilnya akan tetap memiliki struktur dan isi yang baik, berkat keterampilan dalam menulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Dengan demikian, berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, terutama dalam situasi formal, akan menjadi kebiasaan yang turut melestarikan bahasa Indonesia terutama di era digital saat ini. Oleh karena itu, di tengah kemajuan zaman, bahasa Indonesia yang baik dan benar tetap harus kita junjung tinggi agar tidak punah. Hal ini merujuk pada fakta bahwa, bahasa Indonesia tidak muncul begitu saja, melainkan lahir melalui perjuangan bangsa Indonesia dalam peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 silam.

Editor: Ibnu Hasyim

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak