FoMO: Antara Kebutuhan Sosial Dan Kecemasan Yang Berlebihan

 


Oleh : Anjani Sayyidatul Istighfar
Mahasiswa Pendidikan Islam Anak Usia Dini
UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo


Apa sih FoMO itu? mungkin kamu pernah mendengar kata itu di media sosial. FoMO atau "Fear of Missing Out” adalah “rasa takut akan tertinggal" karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Perasaan Takut atau Cemas yang muncul akibat ketinggalan sesuatu yang lagi tren. Rasa takut ketinggalan ini mengacu pada perasaan orang yang memiliki kehidupan baik atau mengalami hal-hal yang lebih baik.

Salah satu faktor penyebab munculnya FoMO adalah media sosial. Adanya media sosial tersebut, kamu akan melihat kehidupan seseorang yang lebih dari diri kita sendiri. Dari fenomena tersebut akan menimbulkan rasa iri terhadap postingan kehidupan orang lain. Tidak hanya menimbulkan rasa iri saja, FoMO juga dapat menimbulkan rasa cemas. Beberapa orang akan merasa cemas jika tertinggal atau tidak bisa mengikuti trend yang mereka lihat di media sosial. Mereka akan merasa tertinggal atau ketinggalan zaman.

Perasaan FoMO membuat kalangan remaja tidak bisa menerima dirinya sendiri, sehingga menganggap bahwa kehidupan yang ideal harus seperti yang dilihat di sosial media. Contoh kasus yang sering terjadi yaitu, memiliki jerawat di usia remaja adalah hal yang wajar. Tetapi karena banyaknya marketing produk skincare yang membuat wajah menjadi putih dan bersih tanpa jerawat, membuat kalangan remaja berlomba-lomba untuk memenuhi standar tersebut. Berasarkan kasus tersebut, FoMO ini lebih banyak berdampak negatif pada remaja, yang membuat dirinya merasa rendah. Padahal di kehidupan nyata tidak sesempurna di kehidupan sosial media.

Selain kasus di atas, ada juga kasus yang sering terjadi di lingkungan pertemanan. Ketika berkumpul bersama teman sebaya, dan memulai membicarakan tren saat ini, ada beberapa yang tidak mengetahui trend atau berita yang sedang dibicarakan. Dari situlah muncul perasaan tertinggal dengan teman sebayanya. Selain perasaan tertinggal seperti kasus di atas, FoMo juga menimbulkan perasaan cemas dan keinginan untuk mengikuti perkembangan informasi. Adanya kecemasan pada diri sendiri dapat membentuk kecemasan sosial yang berupa kecemasan terhadap informasi terkini di sekitar mereka, baik di dunia nyata maupun dunia maya.

FoMO dapat memperbesar tekanan untuk selalu up to date dengan kehidupan orang lain. Beberapa orang akan cemas ketika teman-temannya mengalami pengalaman yang berharga tanpa dirinya. Namun nyatanya, orang lebih fokus pada dokumentasi pengalaman untuk diunggah di media sosial daripada menikmati momen yang sebenarnya.

Selain memberikan dampak negatif, FoMO juga mempunyai dampak positif. FoMO dapat menjadi pendorong bagi seseorang untuk mencoba hal-hal baru yang sebelumnya diabaikan. Ketika melihat orang lain sukses, atau mencapai sesuai yang menginspirasi di media sosial, dorongan untuk mengikuti jejak mereka memotivasi individu untuk keluar dari zona nyamannya. Hal ini dapat membuka peluang baru, seperti belajar keterampilan baru, bergabung dengan organisasi, atau mengejar pendidikan yang lebih tinggi.

Salah satu cara untuk mengatasi perasaan FoMO adalah dengan menyadari bahwa apa yang kita lihat di media sosial belum tentu benar-benar seperti kenyataannya. Banyak orang hanya membagikan bagian-bagian terbaik dari hidup mereka. Jadi kita tidak perlu khawatir kalau tidak ikut-ikutan tren tersebut. Selain itu, membatasi penggunaan gadget juga bisa sangat membantu. Sebagai gantinya, lebih baik kamu fokus pada apa yang kamu lakukan saat ini. Misalnya, menghabiskan waktu bersama keluarga, ngobrol langsung dengan teman, atau melakukan kegiatan positif lainnya. Dengan begitu, kamu bisa merasa lebih tenang dan lebih menikmati hidupmu sendiri.

Editor: Ibnu Hasyim

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak