Senyum Tak Selalu Tanda Bahagia: Urgensi Menjaga Kesehatan Mental Mahasiswa

 




Oleh : Fitri Luqi Jayanti
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah & Ilmu Keguruan
UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo 


Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, mahasiswa dituntut untuk berprestasi, meraih nilai tinggi, aktif berorganisasi, dan tetap menjaga sikap agar tampak kuat. Akan tetapi, kenyataannya banyak dari mereka menyimpan stres, kecemasan, bahkan tekanan batin yang tidak terlihat dari luar dan berisiko mengganggu kesehatan mental.

Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan mental adalah keadaan sejahtera mental yang memungkinkan seseorang mengatasi tekanan hidup, menyadari kemampuannya, belajar dengan baik dan bekerja dengan baik, serta berkontribusi pada komunitasnya. Artinya, kesehatan mental merupakan kondisi di mana seseorang mampu mengelola stres, bekerja secara produktif, dan berkontribusi dalam lingkungan sosialnya, Hal ini menjadikan isu kesehatan mental di kalangan pelajar sebagai persoalan serius yang harus ditanggapi dengan bijak, Menjaga kesehatan mental yang baik sangat penting untuk kalangan remaja sebagai penunjang dalam proses belajar, menjaga hubungan sosial yang sehat, serta membentuk kepribadian yang kuat dan tangguh.

Faktanya, kesehatan mental masih sering dianggap sepele. Banyak orang beranggapan bahwa selama seseorang masih bisa tertawa atau tersenyum, maka ia baik-baik saja. Padahal, tidak jarang tawa dan senyum justru digunakan untuk menutupi perasaan sedih, kecewa, atau lelah karena takut dianggap lemah. Sesungguhnya, merawat kesehatan mental bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk kepedulian terhadap diri sendiri. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk menyadari bahwa menjaga kesehatan mental adalah hal yang sangat krusial. Menunjukkan kelemahan bukanlah tanda kegagalan, melainkan keberanian untuk mengakui dan mengatasi tantangan yang dihadapi. Meminta bantuan atau dukungan dari orang terdekat, profesional kesehatan mental, atau bercerita tentang masalah kita pada orang terdekat atau yang kita percayai bukanlah suatu hal yang memalukan, melainkan langkah bijak dalam menjaga kesehatan mental diri sendiri.

Salah satu penyebab utama gangguan kesehatan mental pada mahasiswa adalah tekanan akademik yang berlebihan. Tugas yang menumpuk, padatnya kegiatan organisasi, ujian yang menegangkan, serta tingginya harapan dari orang tua maupun dosen sering kali menimbulkan rasa cemas dan tertekan. Selain itu, penggunaan media sosial juga berpengaruh, karena banyak mahasiswa cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain sehingga menimbulkan rasa kurang percaya diri, bahkan merasa tidak berharga.


Jika gangguan kesehatan mental tidak ditangani dengan baik, maka dampaknya bisa sangat serius. Prestasi belajar dapat menurun, motivasi menghilang, bahkan muncul keinginan untuk menyakiti diri sendiri. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menyeimbangkan aktivitas, misalnya meluangkan waktu bermain bersama teman agar tidak terlalu terbebani tugas, namun tetap mengatur waktu untuk belajar. Selain itu, membangun budaya saling menghargai juga sangat penting, seperti mau mendengarkan keluh kesah teman yang sedang kesulitan, serta meluangkan waktu istirahat yang cukup untuk diri sendiri. Di sisi lain, peran orang tua juga sangat penting dalam menjaga kesehatan mental anak. Orang tua perlu lebih terbuka untuk berdialog, mau mendengarkan keluh kesah anak tanpa menghakimi, serta memberikan dukungan emosional ketika mereka menghadapi kesulitan. Hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak dapat menjadi sumber kekuatan bagi mahasiswa dalam menghadapi tekanan akademik maupun sosial. Selain itu, mahasiswa juga perlu dibekali pemahaman tentang pentingnya menjaga kesehatan mental. Edukasi mengenai manajemen stres, teknik relaksasi, serta pentingnya meluangkan waktu untuk istirahat dan menekuni hobi dapat membantu mereka lebih siap menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

Kesehatan mental bukanlah hal yang bisa dianggap remeh, melainkan bagian penting yang perlu dijaga sebagaimana kita menjaga kesehatan fisik. Bagi mahasiswa, merawat kesehatan mental bukan sekadar pilihan, melainkan kebutuhan utama. Dengan kondisi mental yang sehat, generasi muda akan lebih mampu belajar secara optimal, menjalin hubungan sosial yang positif, serta tumbuh menjadi pribadi yang tangguh. Oleh karena itu, sudah saatnya dunia pendidikan bersama-sama menciptakan lingkungan yang tidak hanya mendorong kecerdasan intelektual, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan mental. 

Editor: Ibnu Hasyim

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak